Nilai- Nilai Kearifan Lokal Tidak Hanya Diucapkan Dari Mulut
BANDARLAMPUNG | Kearifan lokal (riflok) sebagai bagian dari adat istiadat lokal yang berasal dari beragam suku bangsa mencerminkan Indonesia adalah negara yang multi etnis, agama, ras dan golongan. Kebhinekaan merupakan realitas bangsa Indonesia yang tidak dapat dipungkiri keberadaannya.
Menurut Irjen Pol (Purn) DR Ike Edwin S.IK., S.H., M.H., M.M., yang akrab dipanggil Dang Ike, dengan gelar adat lampung Sutan Raja Lampung , nilai-nilai kearifan lokal tidak hanya sekedar diucapkan dari mulut , tetapi harus dipraktekan dalam tingkah laku kehidupan sehari-hari.
“Contoh dalam diri saya ada keturunan Lampung beradat Saibatin dan keturunan Lampung beradat Pepadun, lengkap sebagai sosok lampung , sejak lahir saya sudah diajarkan bagaimana menyikapi keberagaman dan menghormati Perbedaan,” ujar Dang Ike saat berbincang santai dengan awak media di Lamban Gedung Kuning (LGK), Minggu (12/2/2023).
Menurut mantan staf ahli Kapolri bidang Sospol itu, “Aktualisasi dan implementasi nilai-nilai riflok secara nyata di tengah-tengah kehidupan masyarakat menjadi sangat penting mengingat riflok mampu menyatukan keanekaragaman budaya, tradisi, dan adat-istiadat dalam ikatan kebersamaan yang saling menghormati dan menghargai,” ucap Dang Ike , Sutan di Raja Lampung .
Lebih lanjut Jenderal Polisi Bintang dua yang pernah meraih penghargaan sebagai Kapolda terbaik dalam penanganan konflik serta Kapolda yg mampu menurunkan angka dan peristiwa kejahatan dilampung serta selalu berkantor dan menerima segala persoalan masyarakat ditenda / kantor bertenda itu mengungkapkan,
“Aktualisasi riflok dalam kehidupan sehari-hari merupakan cermin ideologi Bangsa. Kearifan lokal merupakan cara terbaik untuk kembali menguatkan jati diri bangsa dari gangguan dan ancaman ideologi asing,” ungkapnya.
Masih menurut Purnawirawan Perwira Tinggi Polri yang pernah bertugas di 15 Provinsi di Indonesia itu,
“Pemerintahan saat ini adalah pemerintahan yang menjunjung tinggi keberagaman dan terus mendorong agar nilai-nilai riflok tetap lestari dan diwariskan ke anak cucu kita. Upaya ini dilakukan untuk mencetak anak-anak kita menjadi generasi yang unggul, unggul dalam olah pikir dan cerdas serta unggul dalam hati nurani dan mampu dalam mengaplikasikannya,” katanya.
Namun menurut Dang Ike, “Pemerintah tidak bisa melakukannya sendiri tanpa dukungan para tokoh agama, tokoh masyarakat, tokoh adat, tokoh pemuda, dan tokoh perempuan , tokoh pendidikan / intelektual , agar memperkuat persatuan dan kesatuan di daerahnya masing-masing,” tegas Dang Ike.
Dia juga mengatakan bahwa, “Selain menginternalisasikan nilai-nilai riflok dalam kehidupan sehari-hari, peran media juga harus dimanfaatkan karena pengaruh media sosial saat ini sangat besar dalam kehidupan masyarakat khususnya pada generasi muda,” jelas pembina Rumah Budaya LGK serta tokoh yang digelari Polisi Kearifan Lokal .
Seiring dengan pergeseran budaya menuju arah modernisasi, semakin banyak tantangan perbedaan kemajemukan yang dihadapi bangsa ini, khususnya generasi muda.
“Generasi muda kita jumlahnya ratusan juta jiwa, namun apa yang harus kita wariskan kepada mereka yang sekarang mengalami sedikit degradasi,” ujarnya dengan nada bertanya.
Pengaruh teknologi dan informasi saat ini masif sekali. Media sosial dan aplikasi-aplikasi message dengan bebasnya masuk dan mempengaruhi generasi muda kita. Dang Ike pun mengatakan jika saat ini, orang dengan sangat mudah terpengaruh oleh berita-berita yang belum tentu kebenarannya.
“Kita memasuki Era dimana Kebohongan dapat menyamar menjadi Kebenaran (Post-Truth era), Sangat parah ini , bila benar benar terjadi , oleh karena jangan salah kita menyikapi hal ini sebab pemuda adalah pemimpin masa depan,” tuturnya.
Post-Truth adalah gejala yang hadir bersama hoaks, dikaburkannya publik dari fakta-fakta objektif. Opini publik dapat dibentuk melalui hoaks sehingga anak-anak muda sekarang mudah sekali terpengaruh oleh informasi-informasi di media sosial yang kelihatannya benar, padahal tidak. Oleh karena itu, Dang Ike sangat menghimbau agar berhati-hati terhadap perkembangan generasi muda sekarang. “Mau ke arah lebih baik, atau begini-begini saja, atau bahkan mundur?” tanya Dang Ike.
menurut pemilik rumah edukasi budaya Lamban Gedung Kuning tersebut, rasa menghargai dan menerima perbedaan sangat penting di tengah kehidupan bernegara yang terus mendapat tantangan.
“Di beberapa daerah, beberapa waktu yang lalu banyak sekali terjadi konflik sosial yang sebenarnya bisa dihindari apabila rasa menghargai dan menerima perbedaan jauh lebih diutamakan,” tambahnya.
Diakhir perbincangan dengan awak media, Dang Ike yang sangat dekat dengan masyarakat , juga dengan para awak media tersebut mengatakan,
“Ribuan tahun yang lalu, bahkan sampai dengan hari ini, Bangsa Indonesia telah hidup bersama bergandengan tangan. Para pejuang, nenek moyang telah berjuang membela negara Indonesia. Oleh karena itu, tidak ada kata lain selain menjaga perdamaian, persatuan dan kesatuan melalui aktualisasi nilai-nilai kearifan lokal.” Pungkas Dang Ike. | (Red).