Mobil Listrik Makin Nggak Menarik ketika Tarif Dasar Listrik Bakal Naik
Berbeda dengan mobil listrik yang tergolong menyedihkan kondisinya saat ini, motor listrik lebih mudah dijangkau dan lebih ramah.
Kenaikan harga batu bara sebagai bahan baku listrik belum juga berakhir. Pemerintah memutuskan menaikkan tarif dasar listrik untuk pelanggan berdaya 3.000 W ke atas. Apa kabar cita-cita jalanan dipenuhi kendaraan elektrik, terutama mobil listrik di masa depan?
Batas 3.000 W menjadi pemisah di mana pelanggan berdaya lebih dari itu dianggap sebagai pelanggan mampu. Hal ini tentu menyedihkan bagi pembeli rumah besutan pengembang yang terkenal dengan jargon “minggu depan harga naik”, baik baru maupun bekas. Biarpun ukurannya mungil dengan luas tanah yang lebih kecil dari rumah bersubsidi dan kamarnya hanya dua, daya listrik sudah mencapai 4.400 W sejak diserahterimakan oleh pengembang.
Jagat TikTok diramaikan oleh mereka yang kesal karena sebelumnya melakukan peralihan atas listrik dan kompor mereka dari menggunakan elpiji ke energi listrik beserta kenaikan daya. Belum lagi para pengusaha UMKM yang memang membutuhkan kenaikan daya tersebut untuk menyalakan berbagai peralatan elektronik penunjang usahanya di rumah.
Ini saja sudah terjadi ketika orang Indonesia belum banyak yang menggunakan mobil listrik, bagaimana setelah beralih? Apakah kita masih bisa berharap banyak akan pengalaman mengisi energi kendaraan tanpa perlu mencari SPKLU dan mengantre di sana?
Mobil listrik yang ada sekarang ini mahal dan membutuhkan daya besar untuk mengecasnya
Kebanyakan mobil listrik yang baterainya dalam keadaan penuh bisa melibas jarak hingga 300 kilometer itu menggunakan charger berdaya 6.600 W. Jika mau mengecasnya di rumah, pengguna masih memakan waktu sekitar enam jam.
Portable charger berdaya 3.600 W bisa digunakan, tetapi waktunya memanjang hingga 12 jam. Ya, sebenarnya durasi ini wajar-wajar saja, sih. Selama dalam sehari, penggunaannya tidak melebihi dua jam dan kecepatannya seperti lalu lintas kota besar pada umumnya seperti Jakarta atau Surabaya. Selamat mengecas mobil listrik di akhir pekan untuk digunakan di hari kerja.
Masalahnya, mobil listrik yang jarak tempuhnya sejauh ini masih mahal. Meskipun pabriknya sudah ada di Tanah Air, mahalnya baterai dan biaya riset membuat harga mobil listrik tetap di atas Rp600 jutaan.
Kita lihat saja tahun lalu, ketika Hyundai Kona masih tersedia dalam varian mesin bensin dan elektrik. Harganya berselisih lebih dari Rp300 juta alias membeli satu mobil listrik menghabiskan kocek hampir sama dengan dua mobil bensin. Mau ditekan sedalam apapun fiturnya, mobil bensin tetap lebih cocok untuk kalangan menengah atas bukan?
Harapan pada Wuling Macaron yang ternyata juga tidak semanis itu
Harapan masyarakat tertuju pada Wuling Macaron, mobil listrik yang terkenal murah meriah di Cina dan pernah saya bahas juga sebelumnya di Mojok. Tidak jarang saya membaca ada warga yang berharap mobil itu bisa dijual di sini dengan harga Rp85 juta, alias harga jual di Cina yang telah dikenakan insentif pajak mobil listrik.
Padahal, saya sudah melakukan estimasi sederhana bahwa paling tidak mobil itu datang seharga Rp127-146 juta. Jelas tidak murah-murah amat jika dibandingkan Daihatsu Ayla dengan jarak tempuh lebih minim, tenaga mesin lebih besar, dan ruang belakang yang lebih lega. Namun, memang, Wuling lebih kaya fitur dan hemat ruang untuk mereka yang berkendara sendirian atau berdua.
Akan tetapi, Macaron yang saya bahas itu hanya memiliki jarak tempuh sejauh 170 kilometer. Itu saja dengan baterai yang lebih besar alias bukan varian terendah. Varian terendah Macaron hanya mampu melibas jarak 120 kilometer dengan sekali pengisian penuh dan ternyata membutuhkan pengecasan selama 6,5 sampai delapan jam untuk bisa melakukannya. Maklum, home charger miliknya ternyata hanya memiliki daya 1.600 W.
Terdengar manis, tetapi ini berlaku jika Anda bisa memastikan bahwa ketika mobil listrik ini dicas, peralatan elektronik yang menyala di rumah tidak lebih dari satu pendingin ruangan berkapasitas 1/2 PK berdaya 380 W dan satu kulkas dua pintu dengan daya sekitar 90 sampai 120 W. Dalam situasi seperti ini, konsumsi daya sudah mencapai 2.100 W alias mepet dengan kapasitas daya listrik terendah sebelum 3.300 W, yaitu 2.200 W.
Jika kelak kenaikan tarif dasar listrik untuk daya 3.000 W ke atas ternyata tidak cukup, Pemerintah mungkin saja menaikkannya juga untuk daya listrik 2.200 W mengingat dia tidak masuk dalam kelompok bersubsidi dan bahkan rumah-rumah mewah baru masih banyak yang memiliki daya sebesar ini. Mengandalkan fast charger di SPKLU? Durasinya masih berada di sekitar 1,5 jam untuk varian dengan jarak tempuh 120 kilometer alias lama.
Lebih buruknya lagi, situs resmi Wuling mulai menjajaki peluang jika pelanggan mau membeli mobil ini seharga Rp200-250 jutaan. Ya, dia masih terlihat menarik untuk pekerja SCBD dengan catatan bahwa pembebasan ketentuan ganjil genap terhadap mobil listrik masih berlaku. Jika mobil ini hendak digunakan di Yogyakarta, misalnya, mungkin saya lebih memilih Daihatsu Rocky.
Motor listrik lebih make sense untuk dimiliki
Berbeda dengan mobil listrik yang tergolong menyedihkan kondisinya saat ini, motor listrik lebih mudah dijangkau dan lebih ramah pula terkait pengecasannya. Volta 401 dan Smoot Tempur dijual dengan harga di bawah Rp20 juta alias cukup bersaing dengan Yamaha Gear dan Honda Beat.
Charger Smoot hanya membutuhkan daya 200 W selama lima jam untuk menempuh jarak 70 kilometer. Charger Volta membutuhkan daya tidak lebih dari 480 W selama enam sampai delapan jam untuk menempuh jarak 55 W.
Keduanya tidak perlu menghabiskan waktu lama jika kehabisan daya listrik di luar rumah. Mereka memiliki fitur lain, yaitu menukar baterai yang hanya membutuhkan hitungan detik.
Estimasinya hanya memakan waktu sembilan detik alias kurang lebih mirip dengan durasi satu kali pit stop di ajang balap NASCAR atau Indycar. Ditambah lagi, keberadaannya di Yogyakarta sudah tersedia untuk Volta ketika Smoot dikabarkan akan menyusul tahun ini.
Soal performa, Volta 401 dan Smoot Tempur masing-masing dapat mencapai kecepatan 55 km/jam dan 70 km/jam. Suatu torehan yang tergolong sangat baik untuk penggunaan sepeda motor sehari-hari alias tidak boleh mengebut.
Akhir kata, saya turut memohon maaf atas harapan berlebihan yang muncul terhadap mobil listrik terjangkau demi mengisi energi bebas antre. Akan tetapi, motor listrik masih sangat mungkin untuk kita gapai dengan mengganti baterainya di hari kerja dan mengisinya di rumah untuk akhir pekan.
Performanya mengesankan, kemampuan jarak tempuh cukup menarik, dan suaranya sangat kecil sampai hampir tidak terdengar. Semangat!
Penulis: Christian Evan Chandra